Header Ads

test

Laporan Kemajuan 1 PLPG 2017 pedagogik

LAPORAN KEMAJUAN  KE- 1
PEMBEKALAN PLPG











Nama                                       : Fatkhan Syarif
NUPTK                                   : 1720310171092
Nomor Peserta PLPG              : 17032118020010
Bidang Studi Sertifikasi          : 180 - Matematika
Sekolah Asal                           : MTsS Riyadlotul Ulum
Kabupaten/Kota                      : Demak
Provinsi                                   : Jawa Tengah

RAYON 112
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017














I.          LAPORAN PEMBEKALAN MATERI PERIODE SATU
Sumber Belajar Pedagogik
A.    Ringkasan  materi
1.      Pengembangan pendidikan karakter dan potensi peserta didik
Siswa sebagai subjek pembelajaran merupakan individu yang aktif dengan berbagai karakteristiknya, sehingga dalam proses pembelajaran terjadi interaksi timbal balik antara guru dengan siswa maupun sebaliknya. Oleh karena itu, salah satu kompetensi pedagogik yang harus dikuasai guru adalah memahami karakteristik anak didik, sehingga tujuan pembelajaran, materi yang disiapkan, metode yang dirancang sesuai dengan karakteristik siswa.
Menurut Jean Piaget, aspek perkembangan anak ada empat kelompok, yaitu: sensori-motor (0-2 tahun), pra-operasional(2-4 tahun), operasional konkret(7-11 tahun), operasional formal(11-15 tahun).
Anak usia sekolah dasar menengah pertama berada pada tingkatan operasional Formal. Anak sudah mampu brfikir tingkat tinggi, berfikir secara deduktif, induktif menggunakan cara berpikir abstrak serta mampu memecahkan berbagai masalah.
Kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar menengah memiliki tiga cirri, yaitu: deduktif, abstrak, dan reflekstif.
Berdasarkan karakteristik perkembangan anak usia sekolah dasar tersebut, maka guru sekolah dasar menengah harus mampu mengidentifikasi potensi, memotifasi, dan mengarahkan peserta didik dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi bermakna.

2.      Teori belajar
Psikologi belajar atau yang disebut juga teori belajar, adalah teori yang mempelajari perkembangan intelektual (mental) siswa. Ada dua aliran dalam psikologi belajar, yaitu psikologi tingkah laku dan psikologi kognitif.
Beberapa teori belajar yang melandasi guru-guru sekolah dasar menengah dalam merancang, melaksanakan dan menilai pembelajaran.
1)      Teori belajar Vygotsky
Vygotsky merupakan tokoh penting dalam konstruktivisme social. Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky, yaitu Zone of Proximal Development (ZPD) dan Scaffolding. ZPD merupakan jarak antara tingkat perkembangan actual dan tingkat perkembangan potensial. Sedangkan scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab setelah ia dapat melakukannya.
Vygotsky menekankan bahwa pengkonstruksian pengetahuan seorang Individu dicapai melalui interaksi social. Tahap perkembangan actual (tahap I) terjadi pada saat siswa berusaha sendiri menyudahi konflik yang dialaminya.
Perkembangan potensial (tahap II) terjadi saat siswa berinteraksi dengan pihak lain dalam komunitas kelas yang memiliki kemampuan lebih.
Proses pengkonstruksian pengetahuan ini terjadi rekonstruksi mental, yaitu berubahnya struktur kognitif dari skema yang sudah ada menjadi skema baru yang lebih lengkap. Proses internalisasi (tahap III) merupakan aktivitas mental tingkat tinggi jika terjadi karena adanya interaksi social.
2)      Teori belajar Van Hiele
Van Hiele adalah seorang guru bangsa Belanda yang mengadakan penelitian dalam pembelajaran geometri. Penelitian Van Hiele menghasilkan beberapa kesimpulan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri. Van Hiele menyatakan bahwa terdapat 5 tahap pemahaman geometri, yaitu pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi dan akurasi.
Selain itu, Van Hiele juga mengemukakan bahwa terdapat tiga unsure yang utama dalam pembelajaran geometri, yaitu waktu, materi pembelajaran dan metode penyusun.
Menurut Van Hiele, semua anak mempelajari geometri melalui tahap-tahap tersebut dengan urutan yang sama, tetapi kapan sesorang mulai memasuki suatu tingkat yang baru tidak selalu sama antara siswa satu dengan yang lainnya.
3)      Teori belajar Ausubel
Ausubel (dalam dahar, 1988:137) mengemukakan bahwa belajar bermakna adalah suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Menurut Ausubel (dalam Dahar, 1988:134), belajar dapat diklasifikasikan berdasarkan cara menyajikan materi, yaitu: penerimaan dan penemuan. Sedangkan berdasarkan cara siswa menerima pelajaran, yaitu belajar bermakna dan belajar hafalan.
Berarti, suatu pembelajaran dikatakan bermakna apabila melalui prasyarat belajar, yaitu:
a.       Materi yang akan dipelajari bermakna secara potensial
b.      Anak yang akan belajarharus bertujuan melaksanakan belajar bermakna sehingga mempunyai kesiapan dan niat dalam belajar bermakna
Cirri-ciri belajar bermakna:
a.       Menjelaskan hubungan bahan-bahan baru dengan bahan-bahan lama
b.      Diberikan ide dari yang paling umum kemudian ke hal-hal yang lebih terperinci
c.       Menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahan baru dengan bahan lama
d.      Mengusahakan agar ide yang telah ada dikuasai sepenuhnya sebelum ide baru disajikan
Ausubel (Dahar, 1989:141) menyebutkan ada tiga kebaikan dari belajar bermakna, yaitu: informasi yang dipelajari secara bermakna dapat lebih lama untuk diingat, informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar beerikutnya untuk materi yang mirip, informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan belajar hal-hal yang mirip walaupun telah lupa.
Untuk menerapkan teori Ausubel dalam mengajar, ada beberapa prinsip dan konsep yang perlu diperhatikan:
a.       Pengatur awal. Mengarahkan para siswa ke materi yang akan mereka pelajari, dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan untuk membantu menanamkan pengetahuan baru
b.      Diferensiasi progresif. Perlu terjadi pengembangan dan elaborasi konsep selama belajar bermakna berlangsung. Unsur-unsur yang paling umum diperkenalkan terlebih dahulu, kemudian hal-hal yang lebih khusus dan detail dari konsep tersebut
c.       Belajar superordinat, terjadi apabila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsure-unsur dari suatu konsep yang lebih luas dan inklusif.
d.      Penyesuaian integrative
4)      Teori belajar Bruner
Bruner (1966) mengemukakan bahwa terdapat tiga system keterampilan untuk menyatakan kemampuan-kemampuan secara sempurna. Disebut juga tiga cara penyajian (modes of present), yaitu:
a.       Cara penyajian enaktif, adalah melalui tindakan, anak terlibat secara langsung dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek sehingga bersifat manipulatif.
b.      Cara penyajian ikonik, didasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar, yang dilakukan anak berhubungan dengan mental, yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.
c.       Cara penyajian simbolik, didasarkan pada system berpikir abstrak, arbitrer, dan lebih fleksibel. Dalam tahap ini anak memanipulasi symbol-simbol atau lambing-lambang objek tertentu.

3.      Model-model pembelajaran
1)      Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Pembelajaran Berbasis Masalah, atau sering disingkat PBM, dikembangkan di sekolah kedokteran sebagai respon atas fakta bahwa peserta didik mengalami kesulitan di tahun pertama perkuliahan. PBM adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata sehari-hari yang bersifat terbuka untuk diselesaikan pesrta didik dalam rangka mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan social, keterampilan untuk belajar mandiri, dan membangun atau memperoleh pengetahuan baru.
Tujuan PBM adalah mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan social, keterampilan untuk belajar mandiri, dan membangun atau memperoleh pengetahuan baru.
Prinsip-prinsip PBM:
a.       Penggunaan masalah nyata
b.      Berpusat pada peserta didik
c.       Guru berperan sebagai fasilitator
d.      Kolaborasi antara peserta didik
e.       Sesuai dengan paham konstruktivisme yang menekankan peserta didik untuk secara aktif memperoleh pengetahuannya sendiri
Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah:
1.      Orientasi terhadap masalah
Guru menyajikan masalah nyata kepada peserta didik
2.      Organisasi belajar
Guru memfasilitasi peserta didik untuk memahami masalah nyata yang telah disajikan
3.      Penyelidikan individual maupun kelompok
Guru membimbing peserta didik melakukan pengumpulan data/informasi untuk menemukan alternatif penyelesaian masalah
4.      Pengembangan dan penyajian hasil penyelesaian masalah
Guru membimbing peserta didik untuk menentukan penyelesaian masalah yang paling tepat. Peserta didik menyusun laporan hasil penyelesaian masalah dalam bentuk gagasan, model, bagan, atau Powerpoint
5.      Analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalah
Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses penyelesaian masalah yang dilakukan
2)      Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning)
Pebelajaran Berbasis Projek (PBP) adalah kegiatan pembelajaran yang menggunakan projek/kegiatan sebagai proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.
PBP merupakan model pembelajaran yang menggunakan projek sebagai langkah awal dalam mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan baru berdasarkan pengalaman nyata.
Tujuan PBP adalah:
a.       Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran
b.      Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah projek
c.       Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah projek yang kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa
d.      Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan tugas
e.       Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada PBP yang bersifat kelompok

Prinsip-prinsip pembelajaran PBP:
a.       Pembelajarn berpusat pada peserta didik yang melibatkan tugas-tugas projek pada kehidupan nyata
b.      Tugas projek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau topic yang telah ditentukan
c.       Tema atau topic dikembangkan dari suatu kompetensi dasar tertentu atau gabungan beberapa kompetensi dasar dalam suatu mata pelajaran, atau gabungan beberapa kompetensi dasar antar mata pelajaran
d.      Eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan produk nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan tema/topic yang disusun dalam produk (laporan atau hasil karya)
e.       Pembelajaran dirancang dalam pertemuan tatap muka dan tugas mandiri dalam fasilitas dan monitoring oleh guru.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada PBP:
a.       Penentuan projek
b.      Perancangan langkah-langkah penyelesaian projek
c.       Penyusunan jadwal pelaksanaan projek
d.      Penyelesaian projek dengan fasilitasi dan monitoring guru
e.       Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil projek
f.       Evaluasi proses dan hasil projek
3)      Pembelajaran Menemukan (Discovery Learning)
Pembelajaran menemukan adalah pembelajaran untuk menemukan konsep, makna, dan hubungan kausal melalui pengorganisasian pembelajaran yang dilakukan peserta didik.
Tiga cirri utama belajar menemukan, yaitu:
a.       mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan
b.      berpusat pada peserta didik
c.       kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada

karakteristik dari pembelajaran menemukan:
a.       peran guru sebagai pembimbing
b.      peserta didik belajar secara aktif sebagai ilmuwan
c.       bahan ajar disajikan dalam bentuk informasi dan peserta didik melakukan kegiatan menghimpun, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, serta membuat kesimpulan

langkah-langkah pembelajaran menemukan:
1.      persiapan
guru menentukan tujuan pembelajaran, identifikasi karakteristik pesertadidik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)
2.      stimulasi/pemberian rangsangan
guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah
3.      identifikasi masalah
guru mengidentifikasi sumber belajar dan member kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis
4.      mengumpulkan data
guru membantu peserta didik mengumpulkan dan mengeksplorasi data
5.      pengolahan data
guru membimbing peserta didik dalam kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya
6.      pembuktian
guru membimbing peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis
7.      menarik kesimpulan
guru membimbing peserta didik merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuan

4.      Evaluasi hasil belajar
Mutu pembelajaran dipengaruhi oleh banyak factor, salah satunya adalah system penilaian (assessment) yang dilakukan oleh guru. Setiap penilaian didasarkan pada tiga elemen mendasar yang saling berhubungan, yaitu: aspek prestasi yang akan dinilai (kognisi), tugas-tugas yang digunakan untuk mengumpulkan bukti tentang prestasi siswa (observasi), dan metode yang digunakan untuk menganalisis bukti yang dihasilkan dari tugas-tugas (interpretasi)
Penilaian adalah pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.
1)      Penilaian pembelajaran
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilaksanakan dalam bentuk penilaian autentik dan non autentik. Penilaian autentik merupakan pendekatan utama dalam penilaian hasil belajar oleh pendidik. Penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi sesungguhnya. Bentuk penilaian autentik mencakup: penilaian berdasarkan pengamatan, tugas ke lapangan, portofolio, projek, produk, jurnal, kerja laboratorium, unjuk kerja, serta penilaian diri. Penilaian diri merupakan teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif. Bentuk penilaian non autentik mencakup: tes, ulangan, ujian.
2)      Fungsi dan tujuan penilaian hasil belajar oleh pendidik
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilaksanakan untuk memenuhi fungsi formatif dan sumatif dalam penilaian. Lebih khusus, penilaian hasil belajar oleh pendidik berfungsi untuk:
a.       Memantau kemajuan belajar
b.      Memantau hasil belajar
c.       Mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan
Penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk:
a.       Mengukur dan mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik
b.      Memperbaiki proses pembelajaran
c.       Menyusun laporan kemajuan hasil belajar harian, tengah semester, akhir semester, akhir tahun dan kenaikan kelas
3)      Prinsip-prinsip penilaian hasil belajar oleh pendidik
Prinsip umum penilaian hasil belajar oleh pendidik meliputi: sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, holistik dan berkesinambungan, sistematis, akuntabel, dan edukatif.
Prinsip khusus untuk penilaian autentik meliputi:
a.       Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum
b.      Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran
c.       Berkaitan dengan kemampuan peserta didik
d.      Berbasis kinerja peserta didik
e.       Memotivasi belajar peserta didik
f.       Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik
g.      Member kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responnya
h.      Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
i.        Mengembangkan kemampuan berpikir divergen
j.        Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran
k.      Menghendaki balikan yang segera dan terus menerus
l.        Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata
m.    Terkait dengan dunia kerja
n.      Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata
o.      Menggunakan berbagai cara dan instrument
4)      Lingkup dan sasaran penilaian hasil belajar oleh pendidik
Lingkup penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup kompetensi sikap spiritual, kompetensi sikap social, kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Sasaran penilaian hasil belajar oleh pendidik terhadap kompetensi sikap spiritual dan kompetensi sikap social meliputi tingkatan sikap: menerima, menanggapi, menghargai, menghayati, dan mengamalkan nilai spiritual dan nilai social.
5)      Skala penilaian dan ketuntasan
Penilaian hasil belajar oleh pendidik untuk kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan menggunakan skala penilaian. Predikat untuk sikap spiritual dan sikap social dinyatakan dengan A = sangat baik, B = baik, C = cukup, dan D = kurang. Skala penilaian untuk kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan diperoleh dengan cara merata-ratakan hasil pencapaian kompetensi setiap KD selama satu semester.
Ketuntasan belajar merupakan tingkat minimal pencapaian kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan meliputi: ketuntasan penguasaan substansi, ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar. Criteria ketuntasan minimal kompetensi sikap ditetapkan dengan predikat B = baik. Skor rerata untuk ketuntasan kompetensi pengetahuan dan keterampilan disesuaikan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) masing-masing kelas/satuan pendidikan.
6)      Instrument penilaian
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilaksanakan dengan menggunakan instrument penilaian. Teknik penilaian tes tes terdiri dari tes tulis, tes lisan, tes praktek. Penilaian dengan teknik tes tulis dapat menggunakan : soal obyektif, soal isian, dan soal uraian/terbuka. Penilaian dengan teknik tes lisan menggunakan daftar pertanyaan lisan. Teknik non tes biasanya digunakan untuk mengevaluasi bidang sikap atau keterampilan.
7)      Penilaian kompetensi ranah keterampilan dalam pembelajaran
Pendidikan menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrument yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian yang dilengkapi rubrik.
a.       Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi
b.      Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan
c.       Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan kreativitas peserta didik
8)      Prosedur penilaian
Pelaksanaan penilaian diawali dengan pendidik merumuskan indicator pencapaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan yang dijabarkan dari kompetensi dasar (KD. Indicator pencapaian kompetensi dikembangkan menjadi indicator soal yang diperlukan untuk penyusunan instrument penilaian. Instrument penilaian memenuhi persyaratan substansi/materi, konstruksi, dan bahasa.
Persyaratan substansi merepresentasikan kompetensi yang dinilai, persyaratan konstruksi memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrument yang digunakan, dan persyaratan bahasa adalah penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Indicator pencapaian pengetahuan dan keterampilan merupakan ukuran, karakteristik, atau cirri-ciri yang merupakan keterampilan suatu KD tertentu dan menjadi acuan dalam penilaian KD mata pelajaran. Sedangkan untuk mengukur pencapaian sikap digunakan indicator penilaian sikap yang dapat diamati.
9)      Teknik penilaian
Penilaian sikap dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, penilaian diri, dan penilaian antar teman. Teknik observasi merupakan teknik utama, sedangkan penilaian diri dan penilaian antar teman diperlukan sebagai teknik penunjang untuk konfirmasi hasil penilaian observasi oleh guru. Penilaian pengetahuan menggunakan teknik penilaian tes tertulis, penugasan dan portofolio. Penilaian keterampilan menggunakan teknik penilaian kinerja, projek, dan portofolio.

Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
Pembelajaran remedial pada dasarnya mengubah strategi atau metode pembelajaran untuk KD yang sama. Bentuknya dapat berupa pembelajaran ulang, bimbingan perorangan, pemanfaatan tutor sebaya, dan lain-lain. Pembelajaran pengayaan berupa perluasan atau pendalaman materi atau kompetensi.

Pengawasan Proses Pembelajaran
Dilakukan melalui kegiatan pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, serta tindak lanjut secara berkelanjutan.
1.      Prinsip pengawasan
Dilakukan dengan prinsip objektif dan transparan guna peningkatan mutu secara berkelanjutan.
2.      Sistem dan entitas pengawasan
Dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas, dan dinas pendidikan dan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP)
3.      Proses pengawasan
a.       Pemantauan
Dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara dan dokumentasi.
b.      Supervisi
Dilakukan melalui pemberian contoh pembelajaran di kelas, diskusi, konsultasi, atau pelatihan.
c.       Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran disusun dalam bentuk laporan untuk kepentingan tindak lanjut pengembangan keprofesionalan pendidik
4.      Tindak lanjut
Dilakukan dalam bentuk: penguatan dan penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerja yang memenuhi atau melampaui standar, dan pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti program pengembangan keprofesionalan berkelanjutan.

B.     Materi yang sulit dipahami
Materi yang sulit dipahami adalah materi teori belajar pada Kompetensi Inti: Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
Dalam sumber belajar, dijelaskan ada 4 teori belajar. Yaitu teori belajar Vygotsky, teori belajar Ausubel, dan teori belajar Bruner. Dari keempat teori belajar yang dijelaskan, bagian yang sulit dipahami yaitu cara penerapannya untu pembelajaran pada lima mata pelajaran menggunakan teori-teori belajar tersebut.

C.     Materi esensial apa saja yang tidak ada dalam Sumber Belajar
Materi esensial yang tidak ada dalam sumber belajar yaitu pada Kompetensi Inti:
1.      Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.
2.      Memfasilitasi pengembangan Potensi peserta didik untuk mengtualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
3.      Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
4.      Memanfaatkan hasil penilaian dan Evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
5.      Mengkaji dan menindaklanjuti hal-hal yang menghambat pembelajaran di era teknologi.

D.    Materi apa saja yang tidak esensial namun ada dalam Sumber Belajar
Semua materi pada Sumber Belajar Pedagogik ini tidak ada yang tidak esensial.


Tidak ada komentar