TEORIMA PYTHAGORAS KELAS VIII
Perbedaan Rumus dan Teorema Pythagoras
Teorema merupakan sebuah pernyataan
(umumnya dalam bentuk implikasi, ”jika…maka…”) yang (selalu) bernilai
benar. Dalam bahasa Indonesia, istilah ”teorema” sering ditulis dengan
nama ”dalil”. Karena itu, pada beberapa literatur ”Teorema Pythagoras”
kadang disebut dengan nama ”Dalil Pythagoras”.
Berikut beberapa alternatif untuk menyatakan Teorema Pyhagoras:
“Pada sebarang segitiga siku-siku, kuadrat
panjang sisi miring (hipotenusa) sama dengan jumlah kuadrat panjang
sisi-sisi yang lain”.
“Jika segitiga ABC dengan C sudut siku-siku dan a, b, c berturut-turut panjang sisi di depan sudut A, B, dan C maka berlaku ”.
“Jika segitiga ABC siku-siku di C maka luas persegi yang panjang sisinya c sama dengan jumlah luas persegi yang panjang sisi-sisinya a dan b”.
“Jika segitiga ABC siku-siku maka
luas persegi pada sisi miring sama dengan jumlah luas persegi pada
sisi-sisi yang lain”(“The area of the square on the hypotenuse of a
right-angled triangle is a aqual to the sum of the areas of the square
on the other two sides”).
Rumus dalam matematika adalah suatu
pernyataan aljabar (menggunakan lambang) baik berupa kesamaan maupun
ketidaksamaan. Dengan demikian, apa yang disebut Rumus Pythagoras adalah kesamaan: .
Jadi jelas bahwa Teorema
Pythagoras adalah suatu pernyataan yang selalu bernilai benar tentang
panjang sisi-sisi segitiga siku-siku, sementara Rumus Pythagoras berupa
pernyataan aljabar yang menyatakan hubungan ketiga panjang sisi segitiga
siku-siku. Rumus Pythagoras bukan Teorema Pythagoras, tetapi Teorema
Pythagoras memuat Rumus Pythagoras baik secara implisit maupun
eksplisit.
Tripel Pythagoras
Terdapat beberapa Tripel Pythagoras
yang sudah biasa dikenal seperti (3, 4, 5), (6, 8, 10), (5, 12, 13),
(7, 24, 25), dan (8, 15, 17). Secara umum terdapat dua jenis Tripel
Pythagoras. Pertama, Tripel Pythagoras Primitif atau Tripel Pythagoras
Dasar yaitu Tripel Pythagoras yang semua bilangannya memiliki FPB
(factor persekutuan terbesar) sama dengan 1. Ini artinya Tripel
Pythagoras Primitif tidak dapat disederhanakan lagi menjadi
bilangan-bilangan bulat yang lebih kecil dengan perbandingan yang sama.
Jenis kedua Tripel Pythagoras Non-Primitif. Tripel Pythagoras
Non-Primitif dapat diperoleh antara lain dengan mengalikan setiap unsur
pada Tripel Pythagoras Primitif dengan bilangan asli 2.
Contoh Tripel Pythagoras Primitif
adalah (3,4,5) dan (5,12,13). Contoh Tripel Pythagoras Non- primitif
adalah (6,8,10), (9,12,15), (12,16,20), (15,20,25), (10,24,26),
(15,36,39), (20,48,52), dan (25,60,65). Tripel Pythagoras (6,8,10) = (2 x
3,2 x 4,2 x 5) cukup kita tulis 2 x (3,4,5).
Berikut ini, sebuah rumus yang cukup sederhana. 2m, m2 – 1, m2 + 1 dengan m sebarang bilangan asli lebih dari 1. Dapat ditunjukkan bahwa rumus di atas memenuhi Tripel Pythagoras sebagai berikut:
(2m)2 + (m2 – 1)2 = m4 + 4m2 – 2m2 + 1= m4 + 2m2 + 1
= (m2 + 1)2
Bukti Teorema Pythagoras
Teorema Pythagoras adalah sebuah
pernyataan yang selalu bernilai benar. Akan tetapi bagi siswa
kebenaran pernyataan tersebut tidak serta merta jelas dan mudah
dimengerti. Bahkan bagi banyak orang dewasa pun, kebenaran
pernyataan Teorema Pythagoras perlu pembuktian. Sudah menjadi suatu
keharusan dalam matematika, bila sebuah pernyataan hendak
dikatakan sebagai ”teorema” maka pernyataan itu harus dibuktikan
terlebih dahulu kebenarannya.
Berikut ini beberapa bukti yang
cukup relevan untuk dipergunakan dalam pembelajaran di SMP. Bukti
Teorema Pythagoras berikut diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis,
yaitu:
Bukti Diagram (proof without words)
Bukti dari Pythagoras berupa
bukti dengan diagram dan termasuk salah satu bukti yang mudah untuk
dipahami. Bukti dengan diagram kadang dapat dipahami tanpa
menyertakan tulisan apapun sehingga sering disebut ”bukti tanpa
kata-kata” (proof without words). Bukti dapat dipahami dengan hanya
melihat dan mencermati diagram. Berikut bukti dari Pythagoras (atau
Perguruan Pythagoras).
Gambar 1 (pembuktian teorema pythagoras dengan diagram) |
Keempat segitiga siku-siku pada persegi
Gambar 1 (i) dan (ii) mempunyai ukuran panjang sisi maupun sudutnya
berpasang-pasangan sama (segitiga-segitiga itu dinamakan kongruen)
Dengan demikian, luas daerah yang tidak ditutupi oleh keempat
segitiga siku-siku itu (yang tidak diarsir) haruslah sama. Pada
persegi Gambar (i) yang tidak terarsir luasnya dan kedua persegi pada Gambar (ii) jumlah luasnya Jadi, .
. (TERBUKTI)
Bukti dengan menggunakan rumus luas. (TERBUKTI)
Bukti dari Bhaskara (matematikawan India, sekitar abad X).
Bukti dari J.A. Garfield tahun 1876.
Bukti dengan pemotongan (dissection method)
(Bukti-bukti diatas seleapnya dapat di lihat dengan mendownload file diakhir pembahasan)
Beberapa bukti yang telah dibahas
di atas dapat dipergunakan di SMP. Beberapa di antaranya dapat
pula didemonstrasikan menjadi sebuah alat peraga. Ini tentu lebih
menarik bagi siswa. Selain itu, walaupun jenis bukti “proof
without words” masih menjadi polemik di kalangan matematikawan
(karena tidak memuat kata-kata dan lambang aljabar), tetapi
bukti jenis ini cocok untuk mengasah intuisi dan penalaran siswa.
Kebalikan Teorema Pythagoras
Umumnya kita mengenal rumus yang terkait
dengan segitiga siku-siku adalah Rumus Pythagoras. Teorema atau dalil
yang terkait dengan segitiga siku-siku adalah Teorema Pythagoras. Rumus
Pythagoras merupakan bagian penting dari Teorema Pythagoras. Secara
umum, pernyataan Teorema Pythagoras mengambil bentuk implikasi
yaitu memuat kata “maka” atau sejenisnya. Satu hal yang hampir selalu
dilupakan adalah apakah kebalikannya juga benar? Jika pada suatu
segitiga dipenuhi kuadrat panjang sisi terbesar sama dengan jumlah
kuadrat panjang sisi-sisi yang lain maka segitiga itu siku-siku?
Ingat pada Teorema Pythagoras, sifat
siku-siku segitiga sebagai sebab dan Rumus Pythagoras sebagai
akibat. Bagaimana bila sebaliknya, Rumus Pythagoras sebagai sebab
apakah berakibat sifat siku-siku pada segitiga?
Bukti Kebalikan Teorema Pythagoras:Pada segitiga ABC dengan panjang sisi a, b dan c berlaku a2 + b2 = c2, akan dibuktikan bahwa segitiga ABC siku-siku di C.
Buatlah segitiga A’BC dengan sudut A’CB siku-siku dan A’C = b . Misal A’B’ = x. Oleh karena segitiga A¢BC siku-siku di C maka menurut Teorema Pythagoras berlaku: a2 + b2 = x2…(1), Di lain pihak, diketahui bahwa a2 + b2 = c2… (2), maka dari (1) dan (2) diperoleh x2 = c2 atau x = c.
Jadi, AB = A’B’. Dengan demikian, oleh karena semua sisinya sama panjang maka segitiga ABC kongruen dengan A’B’C. Ini berakibat sudut ACB juga sikusiku. (terbukti).Kebalikan Teorema Pythagoras dapat dinyatakan sebagai berikut:
“Pada sebarang segitiga ABC dengan a2 + b2 = c2 maka sudut C siku-siku”.
Akhirnya, Teorema Pythagoras dan
Kebalikan Teorema Pythagoras dapat pula digabung menjadi sebuah teorema
gabungan, sebagai berikut:
“Pada sebarang segitiga ABC, jika sudut C siku-siku maka a2 + b2 = c2 dan sebaliknya, jika a2 + b2 = c2 maka sudut C siku-siku”.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan yang sering terjadi dalam
pembelajaran materi Teorema Pythagoras di sekolah adalah siswa hanya
mengetahui rumus pythagoras tanpa mengetahui bukti darimana rumus itu
didapatkan. Hal ini karena guru hanya memberikan rumus pythagoras untuk
menyelesaikan soal-soal, tanpa memberikan pembuktian-pembuktian dari
teorema pythagoras.
Solusi dari permasalahan diatas adalah
pemberian contoh soal dimana didalamnya juga termuat pembuktian rumus
yang diperoleh dari soal tersebut.
Latihan Soal
Post a Comment